MANAJEMEN KULTUR Tetraselmis chuii

MANAJEMEN KULTUR Tetraselmis chuii. SKALA LABORATORIUM DI BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU SITUBONDO, JAWA TIMUR

MANAGEMENT OF LABORATORY SCALE Tetraselmis Chuii CULTURE AT BRAKISHWATER AQUACULTURE DEVELOPMENT CENTER SITUBONDO, EAST JAVA

Oleh: Sayekti, Murni
Email: library@lib.unair.ac.id; library@unair.ac.id
Praktek Kerja Lapangan Universitas Airlangga
Dibuat: 2006-06-16


Keywords: Tetraselmis chuii
Subject: FISHERY MANAGEMENT
Call Number: KKC KK PKL BP.01/06 Say m

Tetraselmis chuii merupakan pakan alami yang digunakan sebagai pakan larva ikan dan non ikan. Ikan maupun non ikan yang mengkonsumsi langsung Tetraselmis chuii antara lain larva ikan hias, larva udang, larva teripang, dan bagus juga digunakan sebagai pakan dalam budidaya biomass artemia.
Tetraselmis juga bisa digunakan sebagai pakan untuk memproduksi Branchionus plicatilis (rotifer) secara massal.

Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan kerja dan untuk mengetahui hambatan atau permasalahan dalam manajemen kultur tetraselmis. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 1 Februari sampai 2 Maret 2005.

Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode diskripsi dengan teknik pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan jalan observasi, wawancara dan partisipasi langsung dalam kegiatan kultur pakan alami, sedang data sekunder diperoleh dengan cara tidak langsung yaitu dengan mencatat data yang ada di lokasi praktek, laporan, dan pustaka yang berhubungan dengan Praktek Kerja Lapang ini.

Kultur yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah kultur skala laboratorium yaitu kultur dengan volume 2 liter dan 12 liter dan kemudian dilanjutkan ke kultur skala intermediet dengan volume ½ ton. Kultur intermediet ini dilakukan di dalam laboratorium tetapi sudah ada pengaruh alam yang mempengaruhi parameter lingkungan. Sumber air laut yang digunakan untuk kultur pakan alami di BBAP Situbondo berasal dari air laut yang dipompa dengan menggunakan pompa air laut yang kemudian difilter dengan Sand Filter. Air laut yang akan digunakan sebagai media masih harus difilter lagi untuk menghindari atau mencegah terjadinya kontaminasinya.
Sumber air tawar diperoleh dari sumur bor yang ditampung dalam tandon air tawar. Bibit yang digunakan berasal dari stok yang sudah ada yaitu berasal dari kultur erlenmeyer yang kemudian akan di kultur secara bertingkat, apabila bibit yang diinginkan belum ada maka bibit bisa diperoleh dengan isolasi dari alam.

Parameter lingkungan yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pelaksanaan kegiatan kultur pakan alami, diantaranya adalah suhu, pH, intensitas cahaya, dan salinitas. Selain faktor-faktor tersebut diatas, pakan alami juga memerlukan unsur-unsur nitrat dan fosfat sebagai pupuk. Alga yang dibudidayakan pada lingkungan terbatas, pola pertumbuhannya akan berbentuk grafik sigmoid. Pemanenan dilakukan sesaat menjelang puncak populasi. Hasil kultur menunjukan, Tetraselmis chuii mencapai puncak pertumbuhan pada hari ke-5 atau hari ke-6. Hambatan dalam kultur adalah adanya kontaminan, oleh karena itu diperlukan sterilisasi dan kerja yang aseptik untuk menghindari kontaminasi.

Translation:

Tetraselmis chuii is one of natural feed and it is used as feed of fish and non fish culture organism. Fish and non fish that consume Tetraselmis chuii as feed directly are ornamental fish larvae, shrimp larvae, sea cucumbar larvae, etc. Tetraselmis chuii is good as feed in Artemia biomass culture and it is also as feed of Branchionus plicatilis culture in mass scale.

The purpose of the Field Lob Practice was to get knowledge, experience and work skill and also to know the problems of Tetraselmis chuii culture management. The Field Job Practice was done in Klatakan village, Kendit sub district, Situbondo regency, East Java province in February 1 st to March 2nd 2005.
Work method which used in Field Job Practice was descriptive method where data intake technique includes primary and secondary data. Primary data was conducted by observation, interview, and direct participation in natural feed culture activities. Secondary data was conducted by recording data in the location, report, and literature related to the Field Job Practice.

Tetraselmis chuii culture was done in laboratory scale 2 littres container and 12 littres container and followed by intermediate scale culture in ½ ton container. Intermediate culture was done in the laboratory but there was nature effect affected environment parameters. Sea water resources were obtain from the sea and pumped with sea water pump then filtered by sand filter. Sea water that used as culture media should be filtered again to prevent contamination. Fresh water resources were obtained from bore well then placed into fresh water tank. Tetraselmis chuii seed provided from the stock in Erlenmeyer bottle then it will be culture gradually. If the seed was not present, it can be obtained from the nature isolation.


Temperature, pH, light intensity and salinity are environment parameters that have an important role in natural feed culture. Besides those factors, natural feed also need nitrate and phosphate as fertilizer. Alga which was cultured in limited environment, the growth pattern will be sigmoid graphic. Harvest was done toward population peak. Culture result showed Tetraselmis chuii reach growth peak at day 5th or 6th. The problem in the culture was contaminant, so it needs equipment sterilization and aseptic work to prevent contamination.

Copyrights:

0 Komentar:

Blog Archive

Powered by Blogger.