Assalamu'alaikum warochmatullohi wabarokatuhu'
S I Abid yg merasa tdk puas dgn Tuhan yg abstrak, gaib yg tak terlihat. Ia ingin melihatnya. Melihat-Nya dlm dunia yg nyata ini sbg kenyataan yg tunggal. Maka ia mendatangi para guru, ulama, pemikir. Ia mendatangi setiap orang yg berbicara ttg Tuhan. Pertanyaannya selalu sama, "apakah anda sudah melihat Tuhan". Banyak jawaban yg diperolehnya namun tak satupun yg membuatnya puas. Kemudian pada suatu sore ia mendatangi si pak Guru beliau tinggal di DESA yng terpencil, si Abid mendatangi beliau dan bertanya "apakah guru sudah melihat Tuhan". SI Pak Guru menjawab " mari kita duduk dulu nak minum air kemudian kita akan membahas pertanyaanmu. Ai Abid menjawab "cukup guru, terima kasih".
sambil pergi keluar. Pak Guru bingung, ia tdk memahami maksud Abid. Bagi Abid jawaban sang guru cukup jelas, Pak Guru masih terjebak dlm permainan kata dan pikiran. Ia menghormati beliau tapi ia menginginkan jawaban yg tegas ya atau tdk. Pernah melihat Tuhan atau tdk.
Kemudian pada suatu sore seorang teman mengajak dia untuk ketemu dgn Pak Tua Seorang petani di desa yng terpencil dianggap eksentrik, bahkan sedikit "gila alias tdk waras".
Pak Tua bukanlah seorang Alim atau ulama ahli kitab.
Kaum Alim, ulama ada dimana-mana, mereka adalah yg menutup pintu itihijad bagimu, mereka tdk menginginkan kamu berpikir dan menemukan arti sendiri kitab suci. Mereka yg hendak memonopoli urusan pemahaman. Sehingga umat dpt dibohongi,ditipu. Dan akan memaksa untuk menerima pemahaman yg menguntungkan mereka.
Kaum Alim adalah para cendikiawan yg
arogan, para dosen dan rektor gila kekuasaan. Para pendidik dan pengajar yg mementingkan kantong mereka aja. Kaum Alim ulama ini yg selalu menolak para pencari Hikmah. Mereka adalah pemuja aksara. Devosi mereka terhadap kata2 belaka.
Mereka memahami kitab suci secara harfiah. Mereka memahami kata sbg kata tapi tdk memahami esensinya. Mereka masih berdebat ttg apa yg tersurat. Mereka masih sibuk dlm perdebatan, maka janganlah mengharapkan pemahaman mereka atas apa yg tersirat.
Pak Tuapun menolak kaum Alim, para Ulama para ahli kitab. Pak Tua pernah diprotes karena selama berhari-hari dia tdk berdoa. Pak Tua menjawab " Doa harus keluar dari hati, kadang2 hatiku tdk ingin berdoa. Aku hanya ingin menatap wajah Tuhan. Tuhan pun tdk keberatan. Tuhan dpt memahami keadaanku. Tuhan tdk pernah mengeluh. Waktu aku kecil dan tdk ingin melakukan sesuatu, akan kukatakan pada ibuku, dan ia pun memahaminya. Demikian juga dgn Tuhan. Dia pun memahamiku. Apa kesulitanku.”
Bagi Pak Tua doa itu sifatnya pribadi.
Hubungan antara panembah dan yg disembahnya. Cara dan waktu berdoa pun urusan pribadi si panembah. Tak seorang pun berhak mencampurinya. Ya Pak Tua memang udah terlepas dari dogma, akidah doktrin yg masih berlaku bagi kita.
Sore itu SI Abid berhadapan dgn Pak Tua.
Dia pun mengajukan pertanyaan yg sama " apakah Pak Tua sudah melihat Tuhan". Pak Tua menjawab, " Ya sudah pernah, bahkan setiap saat aku melihat wajah Nya, aku melihat wajahnya dgn jelas sekali sama seperti aku melihat wajahmu saat ini ".
Si Abid jiwanya tergunjang mendengar jawaban tsb. Ia tdk mengharapkan jawaban setegas itu. Ia sudah tdk mengharap ada orang yg dpt menjawab ya pertanyaannya.
Dlm hati kecil nya ia berpikir bukan kah jawaban ini yg kutunggu selama ini. Namun ketika jawaban itu diperolehnya dia pun terkejut. Setelah itu dia pun menundukkan kepalanya. Ia sadar bahwa yg dihadapinya bukan lah Pak Tua biasa bukanlah para ahli kitab. Ia sedang menghadapi manusia Allah. Seorang Tua yg sudah melihat tdk hanya mendengar suara-Nya. Pak Tua adalah seorang saksi dan hanya seorang saksi yg bisa menjawab seperti itu. Ya pak Tua telah melihat wajah Tuhan, pak Tua sedang melihat Tuhan. Pak Tua melihatnya setiap saat. Sejelas kulihat wajahmu. Sejelas itu pula kulihat wajah-Nya.sekedar untuk mengerenyitkan dahi kita.
salam semoga kita selalu dalam lindungannya.
0 Komentar:
Post a Comment